Dumai, 16 April 2025 - Dumai XArt
Bismillahirrahmanirrahim...
Simpanlah jarum dalam peti,
Jika terinjak, kaki kan terluka.
Bapak dan Ibu yang saya hormati,
Izinkan saya sejenak bercerita...
Nama saya Budi Andrian Saputra, biasa dipanggil Budi oleh kawan-kawan. Saya lahir di bumi Bertuah, Kota Dumai, pada tanggal 19 Agustus 1979, dari pasangan yang saya cintai, (Alm) Ujang dan Ibu Dewi.
Dumai bukan sekadar kota lahir, ia adalah rumah yang memeluk saya dengan kehangatan masa kecil, tempat saya tumbuh dalam tawa, jatuh dalam pelajaran, dan berdiri kembali dengan semangat yang tak pernah padam.
Masa Kecil yang Penuh Warna
Masa kecil saya dipenuhi dengan petualangan sederhana nan membahagiakan. Permainan tradisional seperti patuk lele, sembar lakon, tang tang buku, hingga teriakan riang “Oh Maria, oh Maria…” adalah lagu pengiring dalam hari-hari penuh ceria bersama teman sepermainan.
Di tengah keriangan itu, pendidikan tetap menjadi tangga yang saya daki. Saya mulai dari TK Kemala Bhayangkari, lalu melanjutkan ke SD Negeri 005 Karang Anyar, masuk ke SMP Negeri 1 Dumai, dan menyelesaikan pendidikan kejuruan di STM Negeri Dumai, kini dikenal sebagai SMKN 2 Dumai.
Melangkah Jauh, Belajar untuk Kembali
Tahun 1998, saya mendapat anugerah luar biasa—beasiswa penuh dari PT. SONY Electronics Indonesia untuk kuliah di Politeknik Universitas Andalas Padang. Saya belajar dengan sepenuh hati dan lulus pada tahun 2001 lewat program ikatan dinas.
Namun, takdir membawa saya pada pilihan. Ketika SONY memindahkan operasinya ke Vietnam, saya memilih menapak langkah ke Pulau Batam, merantau untuk menguji diri.
Dan benar kata pepatah, sejauh mana pun bangau terbang, ia akan pulang ke pelimbahan juga. Saya pun kembali ke Dumai, kampung halaman tercinta, dan di sinilah saya memulai hidup baru—berkeluarga dengan seorang gadis Melayu pilihan hati, dan kini telah dikaruniai empat anak yang luar biasa, tiga putri dan satu putra. Dan insyaAllah, tak lama lagi akan hadir buah hati kami yang kelima. Mohon doa yang terbaik, ya…
Hidup untuk Berarti, Berkarya dengan Hati
Kini, saya aktif di berbagai organisasi sosial dan budaya, salah satunya adalah Dewan Kesenian Daerah Kota Dumai (DKD) yang kini dinakhodai oleh sahabat saya, A. Ridwan (Bang Iwang).
Bersama DKD, saya merasa memiliki ruang untuk menyumbangkan rasa dan karya. Bermula dari sebuah program talkshow sederhana di Dumai Vision, kami berbicara dari hati, menyapa pemirsa dengan cerita seni dan budaya. Sejak itu, kegiatan seni menjadi bagian dari nafas saya sehari-hari.
Saya juga adalah salah satu pendiri Komunitas Pencinta Musik (KPM), dan hingga kini dipercaya sebagai Ketua Harian.
Seni Melayu: Jangan Biarkan Ia Menunggu Sendiri
Sering terdengar suara yang berkata, “Seni Budaya Melayu makin meredup.” Tapi saya percaya, bukan seninya yang pudar, kitalah yang mungkin belum cukup merangkulnya. Seni dan budaya tak akan hilang, selama kita masih peduli, masih mau hadir, dan masih ingin menghidupkannya.
Saya menaruh harapan besar pada DKD Kota Dumai. Semoga ke depan, DKD mampu menjadi rumah bagi semua insan seni. Rumah tempat ide-ide bertumbuh, tempat karya dihargai, dan tempat peluh para seniman menjadi kebanggaan.
Tentu, semua ini tak bisa berjalan sendiri. Dukungan nyata dari pemerintah sangat dibutuhkan, bukan hanya dalam bentuk slogan, tapi aksi nyata. Karena saya percaya—seni punya kekuatan untuk menyatukan perbedaan, dan itu tak ternilai harganya.
Pisau menggores menjadi luka,
Rasanya sakit, amatlah perih.
Cukup sekian dari saya yang apa adanya,
Terima kasih atas waktunya yang begitu bersih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
– Budi Andrian Saputra
0 Comments