Saya lahir di Kota Dumai pada tanggal 7 Juli 1982, dengan nama Aris Totel. Nama itu, seingat saya, memang diambil dari filsuf Yunani yang terkenal, Aristoteles. Menurut cerita, om saya mencari nama itu di buku yang sedang dibacanya, berharap saya bisa menjadi sekeren dan sepintar Aristoteles—katanya begitu. Lucu ya, tapi saya selalu merasa nama itu membawa semangat untuk selalu belajar.
Dumai adalah kota yang tenang dan nyaman, jauh dari hiruk-pikuk kota besar. Di sini, kita tak perlu khawatir tentang kemacetan atau keramaian jalanan. Semua itu membuat saya betah dan ingin terus berbakti di kota yang penuh kenangan ini.
Awal Pendidikan: Belajar Dari Nama dan Kehidupan
Saya memulai perjalanan pendidikan di SD Negeri 002 Sukajadi, sebuah tempat di mana masa kecil saya dihiasi dengan tawa, permainan, dan tentunya, pelajaran yang tak terlupakan. Di zaman itu, jarang ada yang menempuh pendidikan TK, tetapi saya beruntung bisa membaca dan menulis pada usia 6 tahun, berkat ajaran oom saya yang gigih mengajarkan saya sebelum masuk SD. Mungkin benar apa yang dikatakan orang, bahwa doa dalam sebuah nama bisa menjadi kenyataan. Di SD, saya selalu berada di peringkat pertama, bahkan menjadi ketua kelas dari kelas 1 hingga 6. Pengalaman ini mengajarkan saya menjadi seorang pemimpin, meski saat itu hanya di kelas.
Langkah Lanjut di SMP dan SMA: Menemukan Dunia Seni
Tahun 1995, saya melanjutkan pendidikan di SMPN Karang Anyar, dan prestasi saya tetap mengkilap, termasuk meraih Juara Umum 1 di kelas 2. Saat itu, saya adalah anak kedua dari tujuh bersaudara, dan meskipun hidup sederhana, semangat untuk maju selalu mengalir.
Lanjut ke SMA Negeri 2 Dumai pada tahun 1998, saya mulai mengenal dunia musik dan band. Gitar menjadi sahabat baru saya, tetapi yang paling saya sukai adalah bass. Kenapa bass? Karena senarnya sedikit, haha! Tapi saya menyadari, bass adalah kunci dari sebuah lagu, yang bersinergi dengan ketukan drum untuk menjaga tempo lagu tetap stabil.
Seni Lukis dan Musik: Dua Dunia yang Membentuk Saya
Namun, seni lukis sudah menjadi bagian dari hidup saya sejak SMP. Di Pekan Olahraga dan Seni (PORSeni), saya pernah ikut kompetisi melukis mewakili Dumai, bahkan hingga ke Bengkalis. Di sana, saya berhasil meraih Juara 2 tingkat kota Dumai. Waktu itu, panitia hanya menyediakan 5 warna cat dasar, dan saya harus berkreasi untuk mencampur warna lain. Itu sedikit sulit bagi saya yang biasa menggunakan 12 warna cat. Tapi perjuangan itu mengajarkan saya ketekunan dan kreativitas.
Di dunia musik, tahun 1999 adalah titik balik saya. Band kami sering mengikuti ajang festival musik, dan pada tahun 2000, kami mengikuti lomba cipta lagu yang diadakan oleh Radio CDS FM. Lagu kami yang berjudul "Dua Hati" berhasil menjadi hits, dan kami berhasil meraih kategori Best Performance di acara final yang diadakan di Gedung Sasana Mitra Bukit Datuk. Itu adalah prestasi yang membanggakan, dan menjadi salah satu kenangan manis dalam perjalanan musik saya.
Seni: Menenangkan Hati dan Pikiran
Bagi saya, seni bukan sekadar hobi, tetapi sebuah penyeimbang batin. Ketika saya sibuk dengan aktivitas sehari-hari, seni menjadi tempat untuk menenangkan pikiran, mengalihkan perhatian dari stres, dan merefresh otak. Baik itu musik maupun lukisan, keduanya memiliki daya magis untuk menyentuh hati dan memberikan ketenangan.
Hingga kini, saya tetap menekuni seni musik dan seni lukis. Karena seni tidak hanya tentang menghasilkan karya, tetapi juga tentang meresapi setiap detil, menikmati proses, dan membagikan kebahagiaan itu kepada orang lain.
Seni adalah bagian dari hidup saya, yang terus mengalir, menyejukkan jiwa, dan memberi warna pada setiap langkah yang saya ambil. Semoga apa yang saya lakukan ini bisa menginspirasi dan memberikan makna bagi orang-orang di sekitar saya.
0 Comments