Nama Lengkap: Sugito
Nama Panggilan: Gito
Tempat Lahir: Dabo Singkep, Kepulauan Riau
Tanggal Lahir: 3 Desember 1952
Pendidikan: STM, SMA, Kuliah di Bandung
Karier: Seniman Teater dan Penulis
Organisasi Seni: Dewan Kesenian Daerah (DKD) Dumai
Perjalanan Seni dan Teater
Sugito memulai kiprahnya di dunia seni sejak muda. Setelah menempuh pendidikan di Bandung, ia kembali ke Dumai dan aktif dalam berbagai kegiatan seni. Ia pernah bekerja di Bandung Jaya Film sebagai broker pada tahun 1976 dan kemudian pindah ke Pekanbaru, di mana ia bertemu dengan Ibrahim Satah dan mendirikan Bengkel Teater Bhayangkara, yang menjadi cikal bakal Dewan Kesenian Pekanbaru.
Di Dumai, Sugito bergabung dengan Kelompok Seni Bhiang Sakti dan Remaja Seni Panipahan. Pada tahun 1979, ia bekerja di Chevron dan melanjutkan kariernya di dunia teater dengan mendirikan Teater Widuri di Duri dan Teater Biduk Betuah di Dumai. Ia juga terlibat dalam Teater Kenari di Bangko Pusako, yang mendapat apresiasi di Pekanbaru.
Karya Sastra
Sugito dikenal sebagai seorang penulis yang menciptakan karya-karya sastra. Beberapa novel yang telah ditulisnya antara lain:
-
Haruskah Aku Kau Miliki?
-
Dua Perempuan Tionghoa
-
Menggapai Pucuk Cinta di Ranting Sakura
-
Merempat
-
Kembara di Ujung Asa
Saat ini, ia sedang menulis dua karya baru:
-
Dia Lelah Menunggumu
-
Hikmah Dibalik Fenomena
Pandangan tentang Seni dan Budaya di Dumai
Menurut Sugito, dunia seni sastra di Dumai saat ini stagnan, tidak berkembang secara signifikan. Meskipun begitu, ia tetap berharap agar pelatihan menulis dan kompetisi baca puisi menjadi lebih sering dilakukan. Dengan adanya TV Dumai, Sugito berkeinginan agar hasil karya seni dapat lebih dikenal oleh masyarakat, terutama keluarga dan komunitas yang bangga dengan prestasi anak-anak muda.
Sugito juga menekankan pentingnya pendataan dan inventarisasi seni dan budaya di Dumai. Setelah itu, seni dan budaya yang ada bisa dipelajari melalui seminar atau diskusi santai. Bagi Sugito, seni dan budaya seharusnya bukan hanya menjadi simbol, tetapi juga bagian dari kehidupan yang terus berlanjut, menghubungkan generasi tua dengan generasi muda.
Harapan dan Penerus Seni Budaya

Sugito percaya bahwa untuk mengembangkan seni dan budaya di Dumai, ada kebutuhan untuk membangun generasi muda yang memiliki kesadaran budaya, dengan pendekatan yang lebih santai dan berkesinambungan. Ia tidak berharap banyak selain agar seni budaya lokal terus berkembang dengan kolaborasi antara generasi tua dan muda.
Seni adalah kekayaan yang tidak bisa tergantikan, dan melalui proses yang kontinu, ia berharap Dumai akan memiliki lebih banyak seniman yang bisa mengangkat seni lokal ke tingkat yang lebih tinggi.
"Seni bukan untuk dikenal, tapi untuk diteruskan. Dan itulah yang membuat seni abadi."
Sugito—seniman yang telah banyak berkontribusi dalam dunia seni di Dumai dan sekitarnya, serta terus berupaya menjaga dan mengembangkan seni budaya lokal untuk masa depan.
0 Comments