Di antara denting waktu dan gemuruh langkah zaman, nama Nadya Tiara Dewi muncul sebagai sosok yang menari bukan hanya di atas panggung, melainkan di atas keyakinan, prinsip, dan cinta pada budaya yang ia peluk sepenuh hati.
Lahir di Dumai, 27 Juli 1997, Nadya tumbuh dalam pelukan kasih keluarga yang sarat nilai-nilai luhur. Ibunya, Herlina—seorang guru penuh dedikasi—menjadi cahaya awal bagi jalan pendidikannya. Sementara ayahnya, Yudi Kusdianto, seorang wirausahawan di bidang peternakan, menanamkan benih keteguhan dan kerja keras dalam setiap jengkal hidupnya.
Sejak usia lima tahun, Nadya telah menari. Tapi lebih dari sekadar gerak tubuh, ia menari untuk menyampaikan isi hati—untuk mengekspresikan perjuangan, harapan, dan cinta yang tak bisa diucapkan dengan kata. Ia menapaki jejak pendidikan di SDN 022 Jayamukti, lalu ke SMP Budi Dharma Dumai dan MAN 1 Dumai, hingga akhirnya menempuh studi di Universitas Islam Riau (UIR) pada jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik (Sendratasik).
Namun perjalanan itu tak selalu diterima mudah. Ia pernah berbeda pendapat dengan orang tuanya saat memilih jalur seni. Fisiknya yang tak sempurna menjadi tantangan tambahan. Tapi ia percaya, setiap langkah tari adalah bentuk perlawanan yang lembut namun kokoh terhadap segala keraguan dan keterbatasan.
Kini, Nadya bukan hanya seorang penari. Ia adalah guru seni di Yayasan Pendidikan Budi Dharma Dumai, operator sekolah di TK Cendikia, dan sosok panutan bagi banyak anak muda yang ragu menempuh jalan yang tak biasa. Melalui tari, ia menanam nilai-nilai, menghidupkan semangat, dan menjaga akar budaya.
Visinya untuk Dumai begitu jelas: ia ingin seni dan budaya berkembang, dihargai, dan diwariskan. Ia meyakini Dewan Kesenian Daerah (DKD) dapat menjadi jantung yang memompa semangat kebudayaan lokal. Ia mengusulkan pelatihan dasar Tari Melayu, yang tidak hanya mengajarkan gerakan, tapi juga filosofi dan teknik yang menjadikannya warisan luhur.
Sejak bergabung dengan DKD Dumai tahun 2020, Nadya terus belajar dan berbagi. Ia aktif dalam kegiatan yang memperkuat eksistensi seni Melayu dan membangun ruang kolaborasi antargenerasi. Baginya, seni adalah napas kehidupan yang harus terus dijaga—dengan pendidikan, dedikasi, dan cinta.
"Seni bukan hanya tentang menari di panggung, tetapi tentang memahami irama kehidupan dan menjadikannya cerita yang indah."
Dengan langkah tegap dan jiwa yang tak lelah bermimpi, Nadya Tiara Dewi menari di atas prinsip dan cinta budaya. Bukan untuk dikenal, tapi untuk dikenang sebagai perempuan yang menari agar Dumai tak lupa pada jati dirinya.
0 Comments